Tampilkan postingan dengan label Kehutanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kehutanan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 November 2020

Tips Meningkatkan Imun Kesehatan Jiwa

Semakin baik tingkat kesejahteraan  seharusnya akan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Dalam dua puluh tahun ini, penduduk Indonesia mengalami kenaikan pendapatan. Dalam teori, orang yang memiliki penghasilan lebih, akan memudahkan akses mereka pada fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesenangan. Sehingga orang dengan pendapatan lebih sudah dipastikan secara fisik dapat terlihat dengan kasat mata, misalnya kulit akan terlihat glowing alias cerah merona karena perawatan yang intens. Akan tetapi dari itu semua, masyarakat maju  cenderung rentan depresi. Singkat kata, fisik boleh bagus tapi jiwa rapuh. Orang modern  lebih merasa khawatir dengan waktu yang akan berjalan. Mereka cenderung menggunakan perhitungan logika, sehingga mereka lebih banyak berpikir. Mereka terpengaruh oleh perhitungan angka-angka dan data-data lain yang seolah menentukan nasib mereka dimasa yang akan datang. Oleh karena itu masyarakat modern rentan terhadap gangguan depresi. Biasanya orang akan mengabaikan kesehatan jiwa  dari pada kesehatan fisik. Beberapa orang bilang bahwa "tiada kesehatan tanpa sehat jiwa". Tapi tidak selamanya kata-kata mutiara tersebut benar sih😁😁

Tips untuk menambah imun kesehatan jiwa yaitu jalan-jalan ke alam  liar. Hal yang tidak didapatkan dari kebanyakan orang sekarang ini adalah kebebasan menghirup udara segar yang hanya bisa diperoleh dari berpetualang. Mendengarkan angin dari balik pohon-pohon besar merupakan pengalaman tersendiri. Berkeliling sepanjang aliran sungai menjadikan badan kita lelah akan tetapi dibayar dengan kepuasan batin karena dapat mendengar dengan jelas suara gemercik air yang menenangkan. Belum lagi ketika secara tidak sengaja menemukan tebing tinggi dimana di sana terdapat air terjun yang mengalirkan air bak selimut besar yang menutup tebing. Belum lagi suara burung liar yang sedang bernyanyi seolah bebas mengekspresikan nada-nadanya. 







air terjun senaru lombok utara

Jumat, 10 April 2020

Capung-Capung yang Malang

Ini adalah jenis capung yang sudah mulai langka keberadaannya di alam. Ketika kecil, saya sering menjumpai robongan capung yang terbang pada suatu tanah lapang. Kadang, saya dan teman sepermainan sangat senang mengejar sampai mau terjatuh karena tidak memperhatikan sekeliling. Jumlahnya begitu banyak pada waktu itu sehingga menjadi penghias di tanah lapang.  Akan tetapi sekarang ini, sangat jarang dijumpai. Dimanakah capung yang berwana-warni yang dulu terbang bebas bak angin yang berhembus tanpa halangan. Apakah pergi kesuatu tempat dan tidak ada seorang pun dapat memberitahu dimana lokasi itu. 

Ternyata capung-capung itu  tergeser oleh jaman. Jaman yang banyak orang disebut dengan jaman modern yang tujuannya tidak berarah. Maafkanlah wahai Alam, para manusia sudah tidak begitu tertarik dengan kamu. Bukannya tidak perduli, cuma para manusia melihat dari jauh keindahan modernitas tanpa memperdulikan kamu. Para manusia melihat harapan modernitas bak cahaya penolong. Para manusia ingin terlepas dari kemiskinan, ketertinggalan, dengan logika modernitas. Manusia ingin mengejar harta  dunia dimana berbagai manusia dari belahan bumi yang lain juga turut berlomba mencarinya. Jika tidak cepat berlari, maka kami sebagai manusia khawatir tidak akan dapat bagian dari dunia ini. Segala cara sudah kami usahakan untuk mencari harta dunia ini. Lihatlah berapa juta hektar lahan yang kami keruk untuk diambil emas, batubara, besi, minyak, dan berbagai kekayaan bumi lainnya. Lihatlah, kami sebagai manusia membabat, dan membakar hutan. Lihatlah kami manusia mendatangi lautan yang luas nan dalam untuk mengeruk ikan-ikan disana untuk dibuat makanan yang kami anggap lezat. Kadang kami keblablasan mengambil semau nafsu kami, tanpa melihat kedepan. Kami tidak tahu harus sampai kapan seperti ini, yang jelas kami akan selalu berlomba untuk mengeruk harta di bumi. Rasa empati kami terkubur oleh nafsu kami yang kadang tidak kami pahami. Sesaat hati kami merasa tersayat ketika melihat berita banjir, kebakaran hutan, longsor, pencemaran laut, pencemaran sungai dan bencana lain yang mengorbankan saudara kami yang tidak berdosa. Namun apalah kejadian semacam itu tidak benar-benar mengingatkan kami pada kuasa alam yang lebih besar. Kami sering dilupakan oleh waktu yang lama kelamaan peristiwa seperti itu hilang dari ingatan kami. Dan kami pun mulai beraktivitas kembali seperti semula seperti tidak ada kejadian yang memeringatkan kami sebelumnya. Kami terus-menerus merusak alam untuk kami keruk hartanya tanpa melihat mahluk hidup lain di bumi.

Mungkin kami adalah manusia yang memang tempatnya lalai dari melihat fakta. Jiwa kami adalah jiwa yang haus (kekuasaan, harta, pengakuan). Kami ingin mendapatkan harta yang lebih, melebihi apa yang sudah kami dapatkan pada waktu ini. Kami semakin haus yang tidak berujung. Tanpa sadar, kami telah mengorbankan memori kami sendiri yaitu tentang capung dimasa muda kami. Kami sadar, kami belum rela melepas memori masa kecil kami. Ternyata masa kecil kami begitu indah, hingga kami ingin kembali ke masa dulu melihat dan mengejar capung yang banyak di tanah lapang. 


Rabu, 21 November 2018

Bermain-main dengan Oksigen

Sekarang adalah tanggal 22 November dimana perayaan hari pohon sedunia diadakan. Sudah saatnya kini kita kembali ke fitrah sebagai mahluk alam yang pasti membutuhkan udara yang cukup untuk bernapas. Dalam satu hari, kita tidak pernah menghitung berapa kita menarik napas dan mengeluarkannya lagi sehingga dari situ kita mendapatkan energi. Hasil makanan yang sudah dicerna kemudian dibakar dengan menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi sehingga kita dapat menggerakkan tangan, kaki, badan, kepala, dan organ-organ lain bergerak.

Jika kita tahu dan menghayati, sebenarnya peran oksigen sangat penting bagi kehidupan manusia. Kita tinggal bersyukur saja karena Tuhan sudah menciptakan zat untuk menghasilkan energi. Kemudian konstruksi tradisional kita tahu bahwa yang namanya energi itu hanya dihasilkan dari benda-benda seperti pertalite, solar, dan pertamax itu sangat keliru. Sebetulnya kalau kita renungkan lagi, sumber energi terbesar adalah oksigen itu sendiri.

Bayangkan jika tiba-tiba orang tidak dapat bernapas, satu menit saja lah, misalnya. Maka badan akan terasa pusing atau lemas. Bayangkan jika kita tidak dapat bernapas selama satu atau dua jam, maka sudah dapat dipastikan sudah tidak bernyawa lagi. Berbeda jika kita tidak makan atau minum. Tidak makan satu menit saja, tubuh kita masih baik saja. Kemudian tidak makan satu jam saja, tubuh kita juga masih baik-baik saja. Tidak makan dua jam, tubuh kita juga masih baik. Bahkan jika kita melakukan puasa sampai sepuluh atau duabelas jam, tubuh kita juga masih bertahan dengan baik. Begitu juga dengan minum, tubuh kita masih segar.

Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya makanan pada umumnya dan air minum yang kita konsumsi belum apa-apa jika dibandingkan dengan oksigen.

Lalu kita sibuk hanya dengan urusan mulut kita. Kita bela-bela untuk makan-makanan tertentu agar perut kita tidak lapar lagi. Atau kita menyibukkan diri dengan meminum dengan berbagai macam rasa dan varian minuman. Manusia sibuk menanam berbagai jenis tumbuhan sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan mulut dan perut.

Sudahkah kita bela-bela agar hidung kita terus bernapas, bahkan kita bela agar mendapat oksigen dengan kualitas wahid.

Sudahkah kita berbuat adil kepada diri kita sendiri bahwa tidak cuma makanan dan minuman yang penting bagi tubuh kita, masih ada oksigen yang sangat super penting buat kita. 

Kita melupakan peran oksigen yang sangat penting. Bagaimanakah caranya agar oksigen menjadi fenomenal seperti artis-artis di dunia hiburan, sehingga orang-orang lebih peduli dan memikirkan keberadaan oksigen.

Jawaban dari oksigen agar menjadi fenomenal yaitu ketika kita sendiri merasakan sakit yang membutuhkan oksigen. Ketika hidung kita dipasang selang yang terhubung dengan gas O2. Ketika kita terbaring tidak berdaya dalam perawatan intensif, itulah saat kita merasakan betapa berharganya yang namanya oksigen.

Apakah kita akan menunggu sampai kita sakit terlebih dahulu untuk menyadarkan kita tentang oksigen yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari intan permata. Jangan! Jangan! terlalu berisiko jika harus seperti itu.

Jika kita berkunjung kesuatu tempat dan disana terdapat wifi gratis untuk internet dengan kecepatan 30 MBPS per orang, sudah dipastikan kita akan betah ditempat tersebut. Bahkan hari-hari berikutnya akan ada rencana lagi untuk mengunjungi tempat tersebut untuk mendapatkan kuota 30 MBPS. 30 MBPS jika untuk menonton youtube.com dengan resolusi HD itu bagaikan kita mengendarai di jalan tol yang lagi kosong menggunakan mobil Ferari atau mobil F1. 

Jika pohon tersebut mampu menghasilkan sinyal wifi maka sinyal wifi tersebut memiliki kecepatan yang tidak terhingga, mungkin 1 GBPS atau lebih dari itu, dan orang-orang akan berbondong untuk menanam pohon untuk menghasilkan sinyal wifi agar internetannya lancar.

Tetapi itu tidak akan terjadi, karena pada kenyataannya pohon tidak dapat menghasilkan sinyal wifi. Dan sudah dapat diprediksi bahwa kita tidak akan perduli dengan pohon, sampai ada penemuan bombastis yang menemukan sinyal wifi kecepatan 1 GBPS berasal dari pohon, baru kita akan menjadi gila untuk menanam dan merawat pohon. 

Semoga kita sadar bahwa yang dihasilkan pohon lebih berharga dari sinyal wifi manapun didunia.

Selamat Hari Pohon se dunia


Jogja, 22 November 2018

Yumantoko



Bunga Edelweis di atas Gunung Rinjani

Suasana di Segara Anak, Gunung Rinjani

Jumat, 09 September 2016

Pengusahaan Gaharu (sekilas)

Gaharu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki ciri khas karena mengeluarkan aroma yang harum. Di pasaran, gaharu memiliki nilai jual yang tinggi karena banyak dicari orang terutama karena dijadikan sebagai parfum, aromaterapi, kosmetik, dan obat-obatan.

Pohon ini sekarang mudah jumpai di kebun-kebun warga. Di Pulau Lombok, masyarakat sudah lama mengenal pohon ini terutama dari jenis Gyrinops. Pohon gaharu mudah untuk dibudidayakan warga, karena pohon ini sebagai tanaman sela atau dalam kata lain gaharu bukan sebagai tanaman pokok. Dengan begitu hasil yang didapat akan lebih banyak karena selain menanam tanaman pokok petani juga akan mendapat keuntungan dari menanam tanaman gaharu.

Petani umumnya merasa kesulitan mengelola pohon gaharu yaitu ketika memasuki masa produksi gaharu. Yaitu ketika pohon siap di suntik sampai dengan masa penyulingan. Teknologi untuk produksi yang terbatas menjadi alasan mengapa masih banyak petani yang memercayakan proses inokualasi sampai penyulingan kepada pihak lain terutama para pemilik modal. Jika petani sudah mampu dan mengetahui cara-cara produksi mulai dari penyuntikan sampai dengan penyulingan maka akan semakin mendatangkan keuntungan yang semakin besar. 

Petani gaharu perlu mendapat penguatan terutama agar mereka dapat mendapat keuntungan yang besar dari sistem produksi gaharu. Berbagai macam cara sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun oleh instansi terkait. Penguatan tersebut yaitu mengenai pelatihan budidaya, penyuntikan jamur, cara carving, hingga proses penyulingan untuk mendapat minyak gaharu. Perlu untuk diketahui bahwa harga gaharu di pasaran pada tahun 2013 di Papua Nugini sebesar $560 per kilo, di Thailan perkilo gaharu mencapai harga $ 2.000, sedangkan untuk harga minyak sendiri mencapai $ 15.000 per kg (Lutfi A, et.al.). Dengan potensi sumberdaya yang sudah ada, kesempatan untuk mendapat keuntungan dari sistem produksi gaharu sudah didepan mata. Sekarang yang terpenting adalah mendapatkan teknologi tepat guna yang mampu mengolah gaharu menjadi barang bernilai tinggi.

Dengan masih tingginya permintaan gaharu terutama dari negara-negara timur tengah dan negara-negara Asia Timur harus di manfaatkan sebaik mungkin agar peluang tersebut tidak terbuang percuma.  Peluang tersebut terutama dapat di manfaatkan dengan memberikan dukungan untuk petani yang berada di perdesaan. Dukungan dapat diberikan dalam bermacam-macam bentuk terutama agar terdapat keadilan diantara petani. Dengan begitu petani akan terus bersemangat dalam menanam pohon tersebut.



Biji dan daun pohn penghasil gaharu


Pohon gaharu dari jenis gyrinops yang masih muda. Pohon ini menjadi pohon sela

Biji gaharu dari jenis gyrinops yang sudah pecah dan siap untuk disemaikan

penampakan daun gaharu dari jenis gyrinop dengan gambar dua sisi

Senin, 08 Agustus 2016

4 Jam Bersepeda Mengunjungi Air Terjun Aik Kelep di Lombok

Jika kamu mencari jalan untuk kesenangan
Tak perlu jauh berjalan, Jalan itu banyak jika kau mencari
Kamu dapat berjalan kemana saja, seperti gelombang menghancurkan karang
Dirimu adalah intan dapat menembus segala

Lupakanlah masa lalu suram yang sering kau kenang
Walaupun kau diam, tua akan datang
Berbuatlah, bertindak, melangkah ke bintang terang
Disana ada cahaya yang terang dan akan membimbingmu jalan pulang
                                              ______yumantoko_______


Syair diatas adalah untuk menggambarkan suasana hati para petualang. Dimana jiwa petualang adalah jiwa pendobrak ketidaknyamanan. Karena apabila manusia sudah dijangkiti virus "nyaman" akan sulit untuk berbuat yang berguna untuk dirinya dan orang lain. Keluar dari zona nyaman dapat dilakukan dengan mengunjungi daerah yang dekat dengan rumah. Bisa dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Motor pun bisa dapat menjadi alternatif ketika kita tidak ingin bersusah payah atau capek. Karena setelah mengunjungi tempat tersebut, kamu pasti akan menemukan pandangan baru tentang lingkungan, dan diri kamu sendiri. Untuk mengikuti teori saya yang ngawur  seperti diatas, Saya mengunjungi air terjun Aik Kelep di Lombok Barat, dimana lokasi untuk menuju kesana harus melewati hutan dimana jalan untuk kesana sempit yang kadang naik dan turun, kadang pula harus melewati sungai dengan batu-batu yang besar.

Ketika itu hari libur yang sedang cerah. Kami yang hobi naik sepeda tidak sabar untuk mengayuh menuju Air Terjun Aik Kelep, yaitu air terjun yang belum terkenal di Pulau Lombok. Air terjun ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata baru terutama wisata trekking. Karena letaknya yang jauh kedalam hutan, siapa saja yang mengunjungi air terjun pasti akan merasa kalau dirinya sedang berpetualang. Jalan menuju ke air terjun begitu menantang. Lebarnya hanya cukup satu orang berjalan. Pemandangan selama perjalanan begitu mempesona, apalagi bagi orang kota yang jarang mengunjungi hutan. Kontur jalannya berupa jalan tanah, kadang kita menemui jalan batu ketika menyeberang sungai kecil.

Untuk menuju ke air terjun ini, saya harus melewati hutan yang lebat dan berliku-liku. Jalanannya sempit dan berbatu, dan ada titik yang licin, sehingga saya harus hati-hati agar tidak terpeleset atau tersandung. Saya memilih untuk menggunakan sepeda, karena saya ingin merasakan sensasi berpetualang di alam liar. Selain itu, saya juga ingin menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak mengeluarkan polusi dari kendaraan bermotor.

Perjalanan menuju ke air terjun ini membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari mess. Di sepanjang jalan, saya bisa melihat pemandangan yang menakjubkan, seperti pepohonan hijau, sungai yang jernih, dan binatang-binatang liar seperti monyet dan burung. Saya juga bisa mendengar suara alam yang merdu, seperti gemericik air, kicauan burung, dan angin yang berhembus. Medan jalan yang ditempuh berupa tanjakan yang kelihatan ringan, namun setelah dijalani ternyata bikin kaki tegang, dan napas ngos ngosan.

Saya harus melewati hutan yang jalannya sempit. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi saya, karena saya harus turun dari sepeda agar bisa lewat. Saya juga harus waspada karena di kiri kanan berupa jurang yang lumayan dalam. Tapi saya tidak menyerah, karena saya tahu bahwa di ujung perjalanan ini ada sesuatu yang luar biasa menanti saya.

Kiri dan kanan selama perjalanan berupa pepohonan yang rimbun. Pohon durian mendominasi tumbuhan buah. Sayang sekali, kemarin bukan musim durian. Mungkin boleh lain kali ketika musim durian, Saya akan mengunjungi lagi daerah ini. Ada juga tanaman HHBK ( Hasil Hutan Bukan Kayu) yaitu bambu, dan pohon aren. Kalau aren menghasilkan penghasilan yang tidak kenal musim. Masyarakat disini memanfaatkan aren dengan mengambil nira untuk dijadikan tuak. Harga satu botol Aqua besar Rp 10.000,- , harga yang begitu lumayan untuk masyarakat desa. Karena dengan harga sebesar itu satu petani dapat mengantongi penghasilan yang luar biasa. Bayangkan jika sekali panen nira yaitu ketika sore hari, satu orang petani dapat mengumpulkan beberapa jeriken. Ya itulah rejeki untuk orang yang mempunyai pohon aren.

Ketika itu, kami ditemani oleh anak-anak dari Desa Giri Madya. Awalnya, kami ketemu dengan anak-anak tersebut ketika saya dan teman saya bertanya mengenai lokasi air terjun. Tiba-tiba saja anak yang kami tanya malah menawarkan untuk mengantar sampai ke air terjun. Lantas setelah itu, kami diantarkan sampai ke air terjun. Selain menunjukan jalan, anak-anak itu juga menuntun sepeda kami. Sungguh sangat beruntung karena kami pkir jalan yang kami lewati berliku-liku, dan jika kami sendiri yang kesana sudah dipastikan akan tersesat.

Saya sangat bersyukur bisa mengunjungi tempat ini dan bertemu dengan anak-anak yang luar biasa. Saya belajar banyak hal dari mereka, seperti kebaikan, keramahan, dan kegembiraan. Saya juga merasa lebih dekat dengan alam dan Tuhan. Saya berharap bisa kembali ke sini suatu hari nanti dan bertemu lagi dengan anak-anak Desa Giri Madya.

Akhirnya, setelah melewati semua rintangan dan tantangan, saya sampai di air terjun Aik Kelep. Saya langsung terpesona dengan keindahan air terjun ini. Airnya jatuh dari ketinggian sekitar 35 meter dengan suara yang menggelegar. Airnya berwarna biru muda dan sangat segar. Di sekeliling air terjun ada tebing-tebing yang ditumbuhi oleh lumut hijau dan bunga-bunga liar. Udara di sini sangat sejuk dan bersih.

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk memegang air terjun ini. Saya merasakan sensasi dinginnya air yang menyentuh kulit saya. Saya juga merasakan pijatan-pijatan halus dari air yang jatuh dari atas. Saya merasa sangat rileks dan tenang di sini. Saya lupa dengan segala masalah dan kepenatan yang ada di luar sana.

Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Air terjun yang kami tuju sangat indah dan sejuk. Kami bisa mandi dan bermain air di sana. Anak-anak yang menemani kami juga sangat ramah dan ceria. Mereka bercerita tentang kehidupan mereka di desa dan tentang air terjun yang menjadi tempat favorit mereka. Kami juga berbagi makanan dan minuman dengan mereka. Kami merasa seperti saudara.

Saya juga mengambil beberapa foto untuk mengabadikan momen ini. Saya ingin membagikan pengalaman saya ini kepada teman-teman dan keluarga saya. Saya ingin mereka juga bisa merasakan apa yang saya rasakan di sini. Saya ingin mereka juga bisa menghargai keindahan alam yang Tuhan ciptakan untuk kita.

Saya merasa sangat bersyukur dan bahagia bisa mengunjungi air terjun Aik Kelep ini. Saya merasa bahwa ini adalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Saya belajar banyak hal dari petualangan ini, seperti menghormati alam, mengatasi rasa takut, dan menikmati setiap detik yang ada. Saya juga merasa bahwa saya menjadi lebih kuat, lebih berani, dan lebih bijaksana setelah menghadapi semua tantangan yang ada.

Saya berharap bahwa saya bisa kembali ke sini suatu hari nanti. Saya juga berharap bahwa air terjun ini tetap terjaga keasliannya dan tidak rusak oleh ulah manusia. Saya berharap bahwa semua orang bisa mengunjungi tempat ini dan merasakan keajaiban yang ada di sini.
Terima kasih sudah membaca blog post saya ini. Semoga bermanfaat dan menginspirasi kalian semua. Sampai jumpa di petualangan selanjutnya!


Jalur yang dilewati dalam jelajah dengan sepeda cukup menantang. Kami harus berjalan mengantri. Karena sebelah kiri kami adalah jurang yang dalam

Kami harus menyeberangi lembah dengan jalan berbatu besar. Kami dibantu anak-anak menunjukan jalan.

Pemilik blog lagi nggaya

Pemandangan dengan latar belakang air terjun

Anak-anak ini adalah yang mengantar kami ke air terjun. Tanpa petunjuk dari anak-anak, mustahil kami dapat sampai ke air terun

Pumpung lagi di air terjun, tidak ada salahnya melakukan foto

Anak-anak ini sangat membantu sekali dalam perjalanan menuju air terjun

Kami melewati sungai yang alirannya tidak terlalu deras

Kami pun harus istirahat sejenak untuk melepas lelah, dan selanjutnya setelah tenaga sudah terkumpul, kami berjalan lagi menuju air terjun

Anak-anak dengan semangat membantu kami membawa sepeda. Kadang kami menemui jalan terjal namun kita semua bekerja sama untuk melewatinya.


Air terjun yang menjadi tujuan kami. Kami tidak lupa untuk mengabadikan momen tersebut. Anak-anak yang ikut bersama kami naik ke dinding karang, lantas karena membahayakan jiwa, saya menyuruh anak-anak untuk segera turun.

Jumat, 05 Februari 2016

Mendaki Gunung Rinjani "Kebersamaan dalam melangkah"

Waktu sudah siang, matahari sudah cukup memberi sinar hangat ke bumi. Aktivitas pendakian sudah berjalan  dengan hilir mudik pendaki dan porter yang berjalan lewat disamping tenda Kami. Embun pagi masih menempel disela-sela tenda, hijau rerumputan terlihat basah karena hujan semalaman, dan burung-burung yang hinggap di pohon cemara. Awan terkadang menutupi pandangan kami ke arah puncak Rinjani, tanah masih becek, sedangkan sungai di samping tenda masih mengeluarkan suara yang keras.

Itulah suasana hari pertama kami melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Keadaannya berbeda dengan yang kami lihat di tempat tinggal kami sehari-hari. Jarak yang jauh dari tempat tinggal menyatukan kami sebagai tim pendaki yang pada waktu itu berjumlah lima orang. Kami berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang baru lulus dari kuliah, ada yang baru saja berhenti bekerja, ada petani, dan ada juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Kami tentu saja tidak melihat siapa latar belakang kami, karena kami memiliki tujuan sama, yaitu untuk mendaki Gunung Rinjani. Kami sadar bahwa tidak akan mudah untuk mendaki keatas gunung yang memiliki tinggi puncak nomor enam di Indonesia setelah (1) Puncak Jaya  4.884 meter, (2), Puncak Mandala 4.760 meter, (3), Puncak Trikora 4.750 meter, (4), Ngga Pilimsit 4.717 meter, (5), Gunung Kerinci 3.805 meter, (6) Gunung Rinjani 3.726 meter. Sungguh, kami harus dapat mengatur agar agar tim kami selalu kompak dalam mendaki.

Setiap hela nafas yang kami lakukan harus mampu mengisi paru-paru kami, sehingga kami mampu bekerja menghimpun tenaga dan melakukan kegiatan sewajarnya. Ketinggian tempat yang kami lewati hanya memiliki sedikit oksigen jika dibandingkan dengan tempat yang berada pada ketinggian normal. Kadang kami merasa kekurangan oksigen. Hal ini ditandai dengan kami bernafas lebih cepat dan kami merasa cepat lelah. Kami mendapat saran dari orang yang sudah berpengalaman agar jangan terlalu memaksakan pendakian dengan tenaga yang dimiliki. Bisa jadi tantangan didepan lebih besar dari yang dihadapi sekarang ini. Kami harus pandai mengatur irama pengeluaran energi, agar tidak boros keluar percuma. Caranya cukup sederhana yaitu kami harus istirahat jika merasa capek, dan berjalan lagi jika kondisi sudah normal. Mendaki bukan ajang untuk cepat-cepat sampai ke puncak, tetapi tapak demi tapak yang kami lalui harus memiliki makna. Apalah artinya buru-buru jika nantinya kami akhirnya K.O dengan kondisi tubuh yang tidak O.K karena kelelahan.

Rombongan membawa bekal seadanya, yang terpenting adalah kami membawa bahan makanan  untuk tujuh hari pendakian. Kami -masak makanan tidak muluk-muluk. Kami memiliki rumus berapa besar bahan makanan yang harus kami bawa ketika mendaki, yaitu membawa bekal melebihi dari hari yang sudah kami rencanakan. Rencana kami melakukan pendakian untuk lima hari ditambah 2 hari jika nanti dalam proses pendakian terjadi keadaan yang tidak diinginkan misalnya tersesat atau ada orang yang meminta bantuan bekal, jadi makanan yang kami bawa harus cukup untuk tujuh hari.
Tidak perlu memasak yang berlebihan, masak cukup untuk mengganti tenaga yang hilang karena mendaki. Tidak usah memikirkan kebersihan seperti di hotel bintang lima, tidak cukup meneliti berapa kandungan vitamin seperti ketika di rumah sakit, tidak perlu kelengkapan bahan makanan seperti di Master Cheef. Hanya seadanya saja, prinsip memasak yang  masih kami pegang yaitu masih masih dalam kaidah kesehatan. Sepertinya hanya ada dua prinsip yang harus Kami pertahankan yaitu  bersih dan bergizi. 

Salah seorang dari rombongan memulai memasak dengan membuka tas keril untuk mengambil wortel, beras, dan mie instan. Dan hal ini berarti mengajak teman lain untuk berbuat hal yang sama. Masing-masing dari kami memiliki bagian tugas sendiri-sendiri. Ada yang menyiapkan kompor, ada yang mencari air ke sungai yang berada di bawah tenda, ada juga yang menyiapkan kompor. Seolah kami adalah cheff yang handal dengan kemampuan yang berbeda-beda. Saya rasa semua anggota rombongan adalah orang yang hebat, karena mereka mampu bekerjasama menyiapkan makanan dalam keadaan minimalis. Tidak ada keluh kesah yang keluar dari masing-masing anggota. Semua sudah memiliki rasa saling pengertian dan tanggung jawab. Kami saling memiliki rasa untuk saling menjaga hati, yaitu dengan menghormati kepada sesama anggota pendakian. Tanpa pengertian tersebut mustahil, pendakian yang berjalan beberapa hari kedepan akan kami hadapi dengan berbagai kesulitan. 

Bukan rasa enak atau tidaknya yang kami makan, tapi kebersamaan agar semua tujuan dalam pendakian dapat tercapai. Makan adalah alat untuk memberi tenaga agar tubuh memiliki energi. Dari pendakian kami juga belajar bagaimana menghargai nikmat yang besar dari Tuhan. Bagaimana tidak, kadang ketika berada di tempat normal, kami tidak menghargai makanan dengan mengambil banyak lalu ketika sudah kenyang kadang makanan yang tersisa dibuang percuma. Ada benarnya jika mengunjungi suatu daerah yang baru akan memberi pengalaman kepada kita. Berdiam diri ditempat asal bukanlah tidak baik, akan tetapi lebih baik lagi jika kita mau mengunjungi daerah yang berada di luar sana agar pengalaman kita bertambah, yang jelas salah satunya adalah dengan melakukan pendakian. Pendakian bukan hanya membawa diri sendiri akan tetapi kita harus menyesuaikan dengan lingkungan disekitar yang terdiri dari banyak pendaki, masyarakat sekitar tempat pendakian, dan juga yang tidak boleh dilupakan adalah alam yang kita lewati juga harus dihargai. Tempat makan yang kami bawa bukanlah piring yang bagus, tapi piring dari plastik yang ringan. Walaupun kami jarang mencuci ketika mendaki, tapi kami selalu jaga agar barang yang berharga tersebut tidak hilang. Betapa berharganya barang kecil yang hanya berbahan plastik, yang kami menggunakannya untuk berbagai keperluan makan.

Mata air sepanjang jalur pendakian menjadi sumber kekuatan kami. Selama kaki melangkah naik ke arah puncak, hati tidak merasa gundah kalau sewaktu-waktu air yang kami bawa habis. Rinjani dikenal sebagai gunung yang memiliki banyak mata air, wajar saja, karena diatas gunung terdapat Danau Segara anak yang cukup luas. Dari sana Gunung menampung dari air hujan, lalu air tersebut mengalir melalui sungai-sungai atau melalui celah-celah yang tidak terlihat kasat mata manusia sehingga menjadi berbagai mata air. Air di Taman Nasional Gunung Rinjani akan tetap ada selama kita semua masih peduli dengan lingkungan kita. Bukan hal yang mustahil jika sewaktu-waktu mata air tersebut hilang dan tidak nampak lagi. Saat itulah bencana akan menghampiri terutama bagi masyarakat yang menggantungkan mata airnya selama ini berasal dari Gunung Rinjani. 


Lihat foto juga foto persiapan naik. Klik disini









Selasa, 20 Januari 2015

Hutan Kita Dibabat

Pernah Saya mengunjungi daerah yang bernama Desa Rempek  di Lombok dan masuk jauh kedalam kawasan hutan merasa kaget ketika melihat keadaan hutan tidak lagi dalam kondisi sehat. Penebangan marak dilakukan oleh oknum warga untuk meraih keuntungan sesaat. Tanpa ragu kemudian Saya bertanya kepada masyarakat disekitar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sini. Berdasar keterangan dari beberapa orang mengatakan bahwa penebangan dilakukan oleh orang tertentu yang ingin mencari untung sendiri dengan mengabaikan kepentingan yang lebih besar yaitu masyarakat sekitar hutan. Warga yang sadar akan pentingnya hutan ternyata takut dengan oknum warga yang biasa melakukan penebangan liar. Mereka mendapat ancaman fisik yang tidak main-main jika mengganggu oknum ketika melakukan penebangan.

Keadaan buruk yang sudah pernah dialami oleh warga ketika penebangan liar marak yaitu  perusahaan Ongkowijoyo yang merupakan pemegang konsesi untuk hutan di wilayah Rinjani Barat beroperasi dengan melakukan penebangan untuk ditanam tanaman industri. Ketika itu pula warga merasa kekurangan air, dimana yang biasanya air melimpah dan mampu memberi kebutuhan sehari-hari, tiba-tiba saja mengering. Akibatnya banyak sektor yang terkena dampak negatif seperti pertanian, perikanan, perkebunan dan tentunya adalah sektor domestik rumah tangga.

Sebetulnya berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi agar semua kembali seperti sedia kala. Namun apa boleh di kata nasi sudah jadi bubur, barangkali generasi yang menjadi saksi hidup ketika ada penebangan sudah tidak dapat lagi menikmati keadaan seperti sedia kala, akan tetapi Kita harus optimis bahwa generasi dimasa yang akan datang tidak terkena dampak buruk dari pengelolaan hutan yang tidak lestari. Untuk saat ini kementerian Kehutanan tengah berupaya keras agar Kawasan Hutan di Rinjani Barat terutama di sekitaran Desa Rempek dapat lestari memberi kesejahteraan kepada masyarakat sekitar. Program yang dilakukan yaitu memberi pemberdayaan kepada masyarakat sekitar hutan agar berdaya dan dapat memanfaatkan kekayaan yang terdapat disana secara maksimal.

Penebangan liar yang dilakukan oknum warga

Batas antara hutan yang masih virgin dengan kawasan hutan yang sudah dibabat

Tanaman kakao didalam kawasan memberi efek secara ekonomi kepada masyarakat akan tetapi daya dukung lingkungan menjadi berkuran karena tanaman kakao bukanlah jenis tanaman yang kuat menahan erosi di daerah pegunungan

Selasa, 25 Maret 2014

Hari Hutan Internasional 2014 di NTB

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan Hari Hutan Internasional setiap Tanggal 21 Maret. Yang menjadi dasar dalam penetapan adalah Resolusi Nomor 67/200 Tahun 2012. Untuk melaksanakan resolusi tersebut, FAO mendorong negara-negara anggota untuk memperingati. Tema dalam Hari Hutan Internasional ditentukan oleh masing-masing negara. Hari Hutan Internasional di Indonesia pada Tahun 2014 ini diselenggarakan dengan tema "Hutan Kita Masa Depan Kita".

Makna dari tema tersebut adalah, hutan yang baik akan mampu menyejahterakan masyarakat disekitarnya. Sebaliknya, apabila hutan rusak maka bencana akan mengancam kita semua. Kita bisa lihat sekarang ini misalnya di Riau, kebakaran hutan pada awal Tahun 2014 ini telah menyebabkan aktivitas masyarakat Riau dan sekitarnya menjadi terganggu. Pada hari biasa, orang yang biasanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, namun ketika bencana asap datang masyarakat hanya berdiam diri di rumah. Kerugian ekonomi akibat asap di Riau mencapai miliaran rupiah. Belum lagi kerugian kesehatan, sosial, lingkungan dan sebagainya tidak dapat di kalkulasi.

Sudah saatnya kini paradigma pembangunan diarahkan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan bidang  kesehatan, sosial, politik, budaya, dan bidang lainnya. Target pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan akan menjadi bencana di kemudian hari. Sebelum terlambat sebelum ada kata penyesalan, kini saatnya kita semua menjadi agen dari perubahan di lingkungan kita dengan melakukan aksi nyata pada Hari Hutan Internasional. Salah satu cara yang sederhana adalah dengan melakukan penanaman pohon.

Di Nusa Tenggara Barat, Hari Hutan Internasional 2014 dipusatkan di HKm (Hutan Kemasyarakatan) Sesaot, tepatnya di Dusun Kumbi. Dalam acara tersebut dihadiri oleh stakeholder di bidang kehutanan khususnya yang berada di Lombok. UPT Kementerian Kehutanan seperti BP DAS, BKSDA, Taman Nasional dan Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten serta unsur masyarakat, TNI-POLRI, dan Pemerintah setempat bersama-sama melakukan aksi nyata penanaman pohon di Dusun Kumbi. Semua bersatu menanam pohon yang nantinya pohon tersebut akan menjaga masyarakat dengan memberi jasa lingkungan berupa oksigen, penyimpanan cadangan air, pencegahan longsor, erosi dan lain sebagainya.

Bibit dalam acara tersebut disediakan oleh BP DAS. Bibit yang ditanam seperti mahoni dan jenis gyrinops. Diharapkan bibit yang telah ditanam dapat dijaga oleh masyarakat sekitar. Bibit ditanam disamping lapangan sepak bola. Mudah-mudahan saja tidak rusak oleh orang yang bermain bola disana.


Rombongan dari Litbang Kehutanan Mataram (BPTHHBK)

Rombongan dari BPTHHBK berfoto didepan spanduk  Hari Hutan Internasional

Hadirin tamu undangan Hari Hutan Internasional

Penyerahan bibit dari Kepada Dinas Kehutanan NTB kepada perwakilan kelompok masyarakat


Kepala Dinas Kehutanan NTB dan Kepala BP DAS saat menanam 


Tim penanam dari BPTHHBK( dari kiri : Aslah, Alfu mahar syarofi, Alex Novandra)

Kepala BPT HHBK (Bapak Edi) dan Kepala Seksi Dispra (Bapak I Made Widnyana) melakukan penanaman

Tidak lupa bapak TNI juga ikut menanam pohon

Perlu diketahui bahwa daerah sekitar penanaman merupakan salah satu penghasil durian terbesar di Lombok. Ketika acara berlangsung banyak masyarakat yang datang untuk menawarkan durian kepada peserta. Salah satu rombongan yang tertarik untuk mencicipi nikmatnya durian adalah dari BPTHHBK. Rombongan yang di komandani langsung oleh kepala balai berhasil mencicipi nikmatnya durian dari Kumbi. Ketika di coba...HMMMMMM nikmatnya luar biasa. Durian dari sini terkenal karena rasa gurih di lidah. Apalagi durian habis jatuh langsung dari pohonnya.

Berjuang sekuat tenaga demi untuk mencicipi gurihnya durian dari Kumbi

Pedagang yang telah baik mau membukakan durian untuk dinikamati oleh rombongan 

Jangan coba-coba untuk menikmati durian ini, karena pasti Anda akan ketagihan

Seorang pedagang yang memilah-milah durian
 
Ekspresi muka ketika mencicipi durian 


Gambaran hutan di TWA Suranadi dekat dengan likasi penanaman
                                         
Numpang nampang selfie, ini dia yang jadi tukang poto
                                                                             

Senin, 05 November 2012

Pohon Untuk Menyelamatkan Bumi

Apa jadinya jika bumi ini gersang tanpa ada tanaman di atasnya. Pastinya, manusia akan mengeluh kepanasan, dan mengharapkan penderitaan tersebut segera berakhir. Panas yang terjadi diatas permukaan bumi salah satunya disebabkan oleh efek gas rumah kaca. Efek gas rumah kaca yaitu efek yang disebabkan oleh panas matahari yang tidak bisa diteruskan keluar angkasa, tetapi tertahan oleh lapisan atmosfer karena banyaknya gas CO2. Banyak sekali permasalahan yang ditimbulkan oleh efek gas rumah kaca tersebut diantaranya, naiknya suhu permukaan bumi, munculnya penyakit baru. 

Naiknya suhu bumi itulah yang selama ini banyak dikeluhkan oleh manusia. Banyak manusia yang yang merasa gerah, lalu pergi ke tempat tertentu untuk mencari kesegaran. Dalam beberapa kasus, suhu yang panas menyebabkan kematian, seperti di beberapa Negara Eropa maupun Amerika.

Salah satu hal untuk mencegah pemanasan yang lebih parah, ada baiknya, manusia  memiliki kesadaran untuk menanam pohon. Banyak pohon berarti banyak rejeki. Pohon menghasilkan oksigen yang mampu bereaksi kimia untuk mengurangi dominasi gas CO2. Oksigen berguna untuk membantu manusia dalam bernafas. Menanam pohon berarti menjauhkan kita untuk membeli oksogen. Harga oksigen yang bernilai puluhan ribu hanya bisa digunakan untuk beberapa jam saja. Sedangkan jika kita bisa menam pohon, oksigen yang dihasilkan akan bisa digunakan oleh kita dan anak cucu kelak nanti.

Untuk menanam pohon, waktu yang tepat yaitu sekitar bulan Nopember. Dimana, Bulan Nopember merupakan bulan dimana curah hujan sudah cukup untuk menumbuhkan bibit yang ditanam. Menanam dibulan kemarau akan mendekatkan pada kegagalan tumbuh, karena kekurangan pasokan air. Sedangkan jikan bibit tanaman ditanam pada bulan hujan, tanaman akan mendapat pasokan air yang cukup.


Kepundung, Baccaurea dulcis MUELL ARG

Paok Kikit, Mangifera indica
Banitan

Klokos, Eugenia sp

Pulai

Purname

Tanjung, Mimusops elengi L

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo